Jumat, 29 September 2017

Sejarah Hubungan Natal Mandailing Dan Minangkabau

Berdirilah Kerajaan besar di bibir pantai Pulau Sumatera yang dipimpin oleh Raja Tuanku Besar Datuk Imam. Beliau adalah seorang pangeran dari Kerajaan yang bernama Ujung Gading yang sekarang adalah Kabupaten Pasaman propinsi Sumatera Barat. Pengembaraan Datuk Imam meninggalkan Kerajaan pimpinannya dengan maksud mencari dan menemukan daerah baru telah berhasil mendirikan sebuah Kerajaan besar dengan wilayah yang cukup luas di pesisir Barat Sumatera yang diberi nama “Ranah Nan Data”. Kelak nama ini akan berubah menjadi “Ranah Nata”, dan karena kedatangan para saudagar-saudagar asing akhirnya berganti menjadi Natal. Pengembaraan ini adalah tawaran dari pangeran Indra Sutan, seorang pangeran muda dari Kerajaan Pagaruyung (di Sumatera Barat) yang juga tengah mencari daerah baru untuk dijadikan Kerajaan.

Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam telah menjadi sahabat karib dalam pengembaraan dan pencarian mereka akan daerah baru tersebut hingga akhirnya mereka menemukan dataran luas yang cocok untuk dijadikan sebuah wilayah kerajaan. Setelah menemukan dan mulai mendirikan sebuah perkampungan, Pangeran Indra Sutan terus menyusuri wilayah sekitarnya ke arah hulu sungai hingga wilayah Kerajaan menjadi bertambah luas. Kemudian Pangeran Indra Sutan berniat untuk mendirikan lagi sebuah kerajaan baru di wilayah hulu Kerajaan Natal yang diberi nama Kerajaan Lingga Bayu. Sejak mendirikan dan memimpin Kerajaan Lingga Bayu, Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam membagi wilayah yang telah mereka kuasai itu menjadi dua bagian untuk dipimpin oleh masing-masing mereka sebagai Raja-nya.

Luas wilayah kekuasaan Kerajaan Natal pada mulanya meliputi 304.010 ha. Di sebelah timur berbatasan dengan Muara Sipongi, Hutanopan (Kotanopan) dan Panyabungan. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman (Sumatera Barat). Dan sebelah utara berbatasan dengan Sibolga (sekarang Kotamadya Sibolga).

Setelah Kerajaan Ranah Nata di ‘mekarkan’ menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Natal dan Kerajaan Lingga Bayu, dan juga karena kehadiran Belanda yang terus menciutkan wilayah kerajaan Natal. Disebutkan bahwa wilayah Kerajaan Natal bersepadan di sebelah timur dengan Muaro (muara) Sungai Batang Natal hingga ke Muaro Selayan (sekarang di Kelurahan Tapus, dan sekarang telah menjadi bagian dari wilayah kecamatan Lingga Bayu), sebelah utara berbatasan dengan Batang Panggautan (sebuah desa yg masih termasuk dalam kecamatan Natal sekarang ini, berjarak sekitar tiga kilometer dari Natal), sebelah selatan berbatasan dengan Batang Sinunukan (sekarang di Kecamatan Sinunukan), sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia di pinggir pantai barat Sumatera yang termasuk dalam propinsi Sumatera Utara.

Tuanku Besar Datuk Imam menetap dan memimpin Kerajaan Natal hingga akhir hayatnya. Ia mangkat di Natal. Belasan keturunannya meneruskan serta memimpin Kerajaan Natal hingga pada tahun 1947 saat terbentuknya Dewan Negeri yang menghapuskan daerah “Swatantra” atau daerah-daerah yang mengatur dirinya sendiri.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Natal yang telah menjadi pusat perdagangan di pesisir barat Sumatera Utara yang telah disinggahi oleh saudagar-saudagar dari Cina, Arab, Portugis, India, kolonial Belanda, Aceh, Makasar, Jawa dan sebagainya. Perdagangan itu pada umumnya dilakukan dengan sistim barter (tukar-menukar). Hasil bumi penduduk ditukar dengan barang impor yang dibawa para saudagar seperti besi, kain, candu dan lainnya.
Antara Raja-Raja di Kerajaan Natal dengan pihak Kolonial sering berakhir dengan bentrokan besar, sikap pemerintah kolonial yang tidak selalu bersahabat menjadi penyabab utama, yang pada akhirnya Raja terguling ataupun diasingkan ke daerah lain dan tidak dapat lagi kembali ke Kerajaannya, bahkan juga banyak yang tewas dalam pembuangannya.

Pada tahun 1841, pemerintah kolonial Belanda menciptakan Residensi Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Sibolga. Ketika itu belum ditetapkan apakah Natal termasuk dalam Residensi Tapanuli Selatan atau Residensi Padang. Pada tahun 1843 barulah diputuskan bahwa Natal masuk dalam Residensi Tapanuli Selatan oleh Gubernur Hindia Belanda yang berkedudukan di Padang, Sumatera Barat.

Dalam posisinya sebagai pusat jalur perdagangan, adat budaya Kerajaan Natal sedikit banyaknya juga dipengaruhi oleh adat budaya asing. Hal itu dapat terlihat dari beberapa jenis tarian Natal yang dipengaruhi oleh budaya Minang, Melayu dan Mandailing. Pakaian penarinya pun mendapat pengaruh dari budaya Cina, dan Portugis. Namun dalam prinsip keyakinan, masyarakat Natal mayoritas memeluk Islam.

Nama 13 Raja-Raja yang memerintah Kerajaan Natal:
  1. Tuanku Besar Datuk Imam; Tuanku Besar Datuk Imam mempunyai empat orang saudara perempuan. Dua orang di antaranya bernama Puti Ratiah dan Puti Rani (Puti artinya adalah putri, panggilan untuk putri keluarga bangsawan).
  2. Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo; adalah putra dari Puti Ratiah yang diangkat menjadi Tuanku Besar (Raja) Natal ke-2 menggantikan pamannya, Tuanku Besar Datuk Imam. Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo menikah dengan Puti Baruaci, cucu kemenakan dari Tuanku Besar Datuk Bandaro, Raja ke-2 dari Kerajaan Lingga Bayu, yang juga kemenakan Tuanku Besar Rajo Putih. Di masa pemerintahan Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo, pusat kerajaan Natal dipindahkan ke Kampung Bukit yang letaknya jauh dari pantai.
  3. Tuanku Besar Datuk Basa Nan Mudo; adalah saudara Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo.
  4. Tuanku Besar Tama Musi, bergelar Tuanku Nan Kusuik; adalah saudara sepupu dari Tuanku Besar Datuk Basa Nan Mudo.
  5. Tuanku Besar Sutan Sailan; Puti Rani mempunyai putri bernama Puti Tuo, Puti Tuo mempunyai tiga orang anak, Puti Tune, Puti Rumbuk dan Sutan Sailan, Puti Tune mempunyai putri bernama Puti Nan Kalam.
  6. Tuanku Besar Sutan Gembok; adalah anak dari Puti Nan Kalam atau cucu Puti Tune. Jadi Tuanku Besar Sutan Gembok adalah keturunan ke-5 dari Tuanku Besar Datuk Imam. Karena Tuanku Besar Sutan Gembok lebih tertarik pada masalah keagamaan, ia menduduki tahta Kerajaan hanya selama enam bulan untuk kemudian diserahkan kepada adiknya.
  7. Tuanku Besar Si Intan; adalah adik dari Tuanku Besar Sutan Gembok. Pada masa pemerintahan Tuanku Si Intan inilah perahu-perahu layar bangsa Portugis mulai singgah di Pelabuhan Natal untuk mencari lada dan emas. Tuanku Besar Si Intan mempunyai dua orang isteri, yaitu Putri Nai Mangatas dan Uci Siti. Putri Nai Mangatas berasal dari kerajaan Pidoli Lombang, sebuah kerajaan di daerah Mandailing. Setelah kawin, namanya diganti menjadi Puti Junjung. Ia melahirkan seorang putra bernama Sutan Mohammad Natal. Sedangkan Uci Siti berasal dari Jambua Aceh. Jambua adalah kelompok masyarakat atau suku tertentu di luar kerabat Diraja yang menempati salah satu kampung di Natal. Masyarakatnya dipimpin oleh seorang Datuk. Misalnya, Jambua Aceh untuk kelompok suku Aceh dipimpin oleh Datuk Aceh. Jambua Rao dipimpin oleh Datuk Rao. Pada 22 Mei 1823, Tuanku Besar Si Intan mangkat.
  8. Setelah mangkatnya Tuanku Besar Si Intan, putranya Sutan Mohammad Natal ketika itu masih kecil sehingga belum dapat menjalankan pemerintahan. Oleh sebab itu ibunya, Puti Junjung diangkat sebagai wali yang memegang tampuk kekuasaan memerintah Kerajaan Natal. Kemudian Puti Junjung menikah lagi dengan Sutan Salim. Sutan Salim selalu menyusahkan Belanda, sehingga ia tidak disukai pemerintah Belanda. Sutan Salim ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Sutan Salim tidak pernah kembali ke Natal, ia meninggal dalam pembuangan.
  9. Tuanku Besar Sutan Mohammad Natal; adalah putra dari Tuanku Besar Si Intan, pada masa pemerintahan Sutan Mohammad Natal, daerah kekuasaannya diciutkan oleh Belanda yang mulai menancapkan kekuasaannya di wilayah Sumatera, termasuk Minangkabau. Karena Sutan Mohammad Natal sering bentrok dengan Belanda, ia bernasib sama dengan ayah tirinya, dibuang ke Sibolga. Sejak itu, tamatlah riwayat Tuanku-Tuanku Besar di Natal yang bebas dari pengaruh Belanda. Kemudian Belanda membagi kerajaan Natal menjadi tiga daerah yang masing-masing dikepalai oleh seorang Kuria yang diangkat oleh Belanda, ditempatkan di Nata, Singkuang dan Batahan. Kepala kuria yang pertama di Natal bernama Datuk Mohammad Saleh. Ia adalah Datuk suku Minangkabau atau Datuk Jambua Minangkabau.
  10. Tuanku Besar Rajo Hidayat; adalah putra Puti Junjung dengan Sutan Sailan.
  11. Tuanku Besar Mohammad Saleh.
  12. Tuanku Besar Sutan Marah Ahmad; diangkat pemerintah Belanda berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda yang waktu itu berkedudukan di Padang. Pada masa itu daerah kerajaan Natal semakin diciutkan oleh Belanda.
  13. Tuanku Besar Sutan Sridewa; adalah suami Puti Siti Zahara yang masih kemenakan Tuanku Besar Sutan Marah Ahmad. Tuanku Besar Sutan Sridewa adalah Raja Natal yang terakhir di zaman kolonial hingga terbentuklah Dewan Negeri yang menghapuskan daerah Swatantra.
Dari garis keturunan Tuanku Besar Si Intan, kelak lahir dua putra Indonesia yang menjadi tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka bernama Sutan Sjahrir dan Sutan Takdir Alisjahbana.

Sutan Kabidun, putra Tuanku Besar Si Intan dengan Puti Uci Siti pada waktu perang Padri (1821 – 1837), menikah dengan Puti Loni yang berasal dari Kerajaan kecil Batu Mundam yang berkedudukan di dekat perbatasan Sibolga. Puti Loni adalah putri Raja Pagaran Batu di Batu Mundam. Ketika Tuanku Besar Si Intan masih hidup, Sutan Kabidun memerintah daerah Tabayong sampai ke Batu Mundam. Dari perkawinannya dengan Puti Loni, Sutan Kabidun memperoleh empat anak bernama: Marah Palangai, Marah Darek, Puti Johar Maligan, dan Puti Malelo (Puti Lelo).

Puti Johar Maligan menikah dengan Sutan Sulaiman, mereka memperoleh seorang putri yang bernama Puti Siti Rabi’ah. Puti Siti rabi’ah menikah dengan Mangarajo Sutan yang waktu itu bekerja sebagai Kepala Jaksa di Medan. Mereka dikaruniai tujuh anak. Salah seorang anaknya diberi nama Sutan Sjahrir yang kelak menjadi Perdana Menteri indonesia pertama.

Puti Malelo (Lelo) adalah putri bungsu Sutan Kabidun yang menikah dengan Sutan Mohammad Zahab, saudara sepupunya sendiri. Puti Lelo dan Sutan Mohammad dikaruniai beberapa orang putra dan putri. Salah seorang cucu mereka diberi nama Sutan Takdir Alisjahbana yang dikenal sebagai tokoh Sumpah Pemuda, tokoh Pujangga Baru, Novelis dan Ahli Filsafat.*** 
Mandailin Bukanlah Batak ......

Saya yakin, kalo kita orang asli mandailing sudah pernah membaca asal usul Mandailing, tidak akan pernah setuju jika Mandiling dikatakan sub suku Batak. Tidak ada sejarahnya yang mengatakan Mandailing pecahan dari suku Batak. Kecuali tulisan iseng dan ingin ingin menjadi tuannya Mandailing.
Berikut saya lampirkan beberapa tulisan yang dikutip dari beberapa buku Sejarah Mandailing dan juga tulisan yang pernah dimuat beberapa situs seperti http://rahimtahir.tripod.com/id9.html yang juga membahas sejarah Mandailing.

SEJARAH MANDAILING
(Petikan dari Buku Cenderamata Lembaga Adat Mandailing Malaysia).
Orang Mandailing diriwayatkan berasal dari Munda yaitu sebuah daerah di India Tengah. Mereka telah berpindah-pindah pada abad-ke 6, karena terpukul dengan serangan bangsa Arayan dari Irak yang meluaskan pengaruh mereka. Setelah melintasi Gunung Himalaya mereka menetap sebentar di Mandalay, yaitu ibu negara Burma purba. Besar kemungkinan nama Mandalay itu sendiri datangnya dari perkataan Mandailing yang mengikuti logat Burma.
Sekali lagi mereka terpaksa bepindah karena pergolakan suku kaum di Burma yang sering berperang. Pada waktu itu mereka melintasi Selat Malaka , yang pada masa itu bukan merupakan suatu lautan yang besar, sangat dimaklumi bahwa pada masa itu dibagian tertentu Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera hanya di pisahkan oleh selat kecil saja.
Kaum Munda telah berjaya menyeberangi laut kecil tersebut dan mendirikan sebuah kerajaan di Batang Pane, Portibi, diduga peristiwa ini terjadi di akhir abad ke – 6.
Kerajaan Munda Holing di Portibi ini telah menjadi mashur dan meluaskan wilayah taklukannya hingga kesebahagian besar pantai Sumatera dan Tanah Melayu. Keadaan ini menimbulkan kemarahan kepada Maharaja Rajenderacola lalu beliau menyerang kerajaan Munda Holing dan negara pantai lainnyadi abad ke-9. Tenteara kerajaan Munda Holing yang di pimpin oleh Raja Odap-Odap telah ditewaskan oleh Rajenderacola dan berkuasa di seluruh daerah Batang Pane. Tunangannya Borudeakparujar telah melintasi Dolok Maela (sempena Himalaya yang didaki oleh nenek moyangnya) dengan menggenggam segumpal tanah di Portibi untuk menempah satu kerajaan baru (Menempah banua).
Kerajaan kedua di Sumatera di didirikan di Pidoli Dolok di kenali sebagai kerajaan Mandala Holing artinya kawasan orang-orang Keling. Pada masa itu mereka masih beragama Hindu memuja Dewa Siva. Di abad ke 13, Kerajaan Majapahit telah menyerang ke Lamuri, Padang Pariaman dan Mandailing. Sekali lagi kerajaan Mandala Holing ini telah di bumi hangus dan hancur. Penduduk yang tidak dapat di tawan telah lari kehutan dan bercampur-gaul dengan penduduk asli. Lalu terbentuklah Marga Pulungan artinya yang di kutip-kutip. Di abad ke-14 dan ke 15, Marga Pulungan telah mendirikan tiga buah Bagas Godang di atas tiga puncak Bukit namun kerajaan tersebut bukan lagi sebuah kerajaan yang besar, hanya merupakan kerajaan kampung.
Di pertengah abad ke-14, terdapat legenda tiga anak Yang Dipertuan Pagar Ruyung yang bernama Betara Sinomba, Putri Langgoni dan yang bungsunya Betara Gorga Pinanyungan yang mendirikan dua buah kerajaan baru.Betara Sinomba telah di usir oleh Yang Dipertuan dari Pagar Ruyung karena kesalahan bermula dengan adiknya Putri Langgoni. Kedua beradik tersebut berserta pengikutnya telah merantau dan mendirikan kerajaan di Kota Pinang. Yang di Pertuan Kota Pinang inilah yang menurunkan raja-raja ke Kota Raja, Bilah, Kampung Raja dan Jambi.
Adiknya Betara Gorga Pinanyungan di dapati bersalah belaku adil dengan sepupu sebelah ibunya yaitu Putri Rumandang Bulan. Oleh kerana tidak ada lagi pewaris takhta makanya putri tersebut ditunangkan dengan Raja Gayo.
Sewaktu Putri Rumandang Bulan di bawa pergi ke Gayo beliau telah membawa satu tandan pinang masak lalu ditanamnya sebiji pinang tersebut pada setiap kali rombongan tersebut behenti hinggalah sampai di tebing sebatang sungai. Di tebing sungei itu baginda telah melahirkan seorang anak laki-laki yang gagah dan perkasa. Ketika rombongan tersebut ingin meneruskan perjalanannya ke Gayo maka datanglah petir dan guntur yang amat dasyat hingga kemah mereka tidak dapat di buka. Begitulah keadaannya sehingga tujuh kali percobaan. Akhirnya seorang Datu telah memberitahu bahawa anak tersebut hendaklah ditinggalkan di atas batu di bawah pohon sena tempat ia dilahirkan kerana putera tersebut akan menjadi seorang raja yang besar di situ.
Putri Rumandang Bulan enggan puteranya ditinggalkan karena dia ingin mati bersama anaknya, apabila Raja Gayo kelak mendapati bahwa dia bukan lagi perawan. Di dalam keadaan tersebut tepancarlah pelangi maka menitilah tujuh orang bunian di ikuti oleh Dewa Mangala Bulan dari Kayangan. Puteri tersebut di simpan kedalam sungai berdekatan lalu bermandikan dengan bunga-bunga sena yang sedang berkembang. Apabila keluar dari sungai tersebut di dapati perut-perut yang menandakan baginda telah melahirkan tidak lagi kelihatan. Maka nama sungai tersebut di kenali sebagai “Aek Batang Gadis” artinya, air sungai yang memulihkan gadis/perawan.
Anak yang ditinggalkan di bawah pohon sena tersebut telah di temui oleh rombongan Sultan Pulungan yang sedang memburu, lalu dipunggutnya. Anak yang dibesarkan di dalam kandang di bawah rumah tersebut akhirnya telah berhasil melarikan diri dan mendirikan sebuah kerajaan dan kemudiannya mengalahkan Sultan Pulungan. Anak tersebut yang di kenali sebagai Sibaroar yaitu kandang di bawah rumah akhirnya menjadi raja besar di Penyabungan. Oleh karena raja di Penyabungan yang tersembunyi diketahui orang akan ibunya maka dipanggilah kerajaannya sebagai kerajaan “MANDE NAN HILANG”, pendeknya Mandailing atau pun Mandehilang. Beliau juga adalah pengasas/penegak Marga Nasution., artinya orang sakti.
Ketika cerita kebesaran Sibaroar yang di gelar Sutan Diaru tersebar jauh ke Pagar Ruyung maka Yang Dipertuan Pagar Ruyung pun terkenang akan Putri Rumandang Bulan yang hamil di bawa ke Gayo. Baginda dan pengiringnya pun berangkatlah mengikuti pohon-pohon pinang yang telah di tanam oleh bekas kekasihnya itu hingga sampailah di tepi sungei yang di namakan “Aek Batang Gadis” lalu di bawa mengadap kepada Sutan Diaru di penyabungan.
Setelah panjang lebar bercerita lalu pengasuh yang bernama Sisauwa telah menunjukkan kain sutera kuning pinang masak yang membalut Sutan Diaru sewaktu baginda dijumpai di bawah pohon sena di Aik Batang Gadis berserta aguk yang dikalungkan oleh ibunya Putri Rumandang Bulan. Maka ketahuanlah akan Yang Di Pertuan Pagar Ruyung, bahwa Raja Sutan Penyabungan tersebut adalah anaknya. Seluruh isi negeri bersukaria dan Sutan Diaru pun di tabalkan secara rasmi sebagai Raja Penyabungan.
Pada masa yang sama juga utusan dari Kota Pinang telah datang ke Penyabungan untuk mengundang Yang Dipertuan Pagar Ruyung kesana untuk bertemu kekandanya yang telah lama tidak berjumpa. Lalu kata Yang Dipertuan, “Beta tetap akan mengunjungi kekanda beta di Kota Pinang.” Maka itu pada hari ini Kota Pinang di kenali sebagai Tanah Abang, dan Penyabungan di kenali sebagai Tanah Adik, sempena peristiwa Betara Sinomba mengundang adiknya Betara Gorga Pinanyungan di Penyabungan supaya baginda datang ke Kota Pinang walaupun adiknya mempunyai kerajaan yang lebih besar di Pagar Ruyung.
Kerajaan Sibaroar @ Sutan Diaru di Penuyabungan akhirnya bekembang luas menguasai seluruh Mandailing Godang yang sangat subur tanahnya.
Diabad ke-19 yaitu sekitar 1916, Tentera Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol telah mengutuskan Raja Gadumbang Porang atau lebih di kenali sebagai Tuanku Mandailing untuk mengislamkan Tanah Mandailing. Tentera Paderi telah masuk ke Mandailing melalui Muara Sipongi dan menakluki Penyambungan pada awal 1816. Kemudiannya Belanda pula memasuki Mandailing sekitar 1835, ini telah mengakibatkan banyak dari raja-raja Mandailing yang menentang dan terpaksa mundur dan menyeberangi Selat Melaka dan terus menetap di Tanah Melayu.
Orang-orang Mandailing bekas panglima tentera paderi telah memainkan peranan penting di dalam perjalanan sejarah di Tanah Melayu iaitu Tanah Pelarian. Nama seperti Tuanku Tambusai, Raja Asal, Raja Laut dan Sutan Naposo tercatat di dalam sejarah pergolakan perang saudara di Pahang dan Selangor.
Perpindahan orang Mandailing bermula sejak lama, diantaranya adalah disebabkan perselisihan faham keluarga, menjae atau merajuk, kalah perang atau pelarian atau buruan kerana berbagai kesalahan adat atau hukum.
Kejatuhan Penyabungan ketangan Tentera Paderi 1816 dan gerakan mengislamkan Tanah Mandailing berikutnya. Ada diantaranya di hantar ke Semenanjung. Namun perpindahan yang paling ketara bermula sejak beramai-ramai sebagai budak/abdi dan ada di antaranya melarikan diri bersama keluarga mereka untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman.
Serangan Raja Gadumbang Porang atau Tuanku Mandailing dengan tentera paderi tidaklah begitu menekan tetapi apabila Tuanku Lelo bertubi-tubi menyerang Penyabungan dan memburu yang Dipertuan Huta Siantar bersama pengikutnya; pembunuhan beramai-ramai telah memaksa sebahagian besar penduduk Mandailing melarikan diri ke Tanah Melayu, sekitar tahun 1816 – 1832.
Ada pula di antara raja-raja Mandailing yang mengikut tentera Paderi seperti Patuan Maga, Baginda Sidursat dan lain-lainnya telah menentang Tuanku Lelo. Di bawah pimpinan Tuanku Mandailing beberapa orang panglima perang paderi akhirnya menyerang Kubu Tuanku Lelo di Padang Sidempuan dan menewaskannya.
Salah seorang anak raja Mandailing bernama Jahurlang yang bergelar Tuanku Bosi yaitu anak kepada Patuan Maga telah menyertai Tuanku Imam Bonjol sebelum jatuhnya benteng Padang Sidempuan. Beliau diamanahkan oleh Tuanku Imam Bonjol untuk menjaga Bentang Bonjol pada tahun 1837 – sewaktu beliau berunding dengan Belanda.
Jahurlang atau Tuanku Bosi diberikan pedang Al-malik kepunyaan Tuanku Rao yang terkurban di Air Bagis sebagai tanda mengambil alih pimpinan di Bonjol. Malang sekali Bentang Bonjol tidak dapat dipertahankan kerana kekuatan tentera Belanda, akhirnya Tuanku Bosi dengan pengikutnya tepaksa mundur ke Benteng Dalu Dalu.
Melihat pedang Al-Malik di tangan Tuanku Bosi, maka Tuanku Tambusai telah merencanakan pengunduran beliau bersama pengikutnya dan Benteng Dalu Dalu diserahkan kepada Tuanku Bosi. Tuanku Tambusai dengan diiringi oleh Tuanku Raja Asal, Abdullah Zawawi (anak kepada Tuanku Bosi) yang kemudiannya di kenali sebagai Raja Laut berundur bersama pengikut mereka ke Tanah Melayu. Benteng Dalu-Dalu jatuh ketangan Belanda pada 1838. Tuanku Bosi turut terkurban setelah mendapat luka-luka parah di dalam pertempuran tersebut.
Tuanku Tambusai, Raja Asal dan Raja Laut mendarat di Melaka dan pergi ke Lukut mencari tempat tinggal. Tidak lama kemudian Raja Laut diperintahkan kembali ke Sumatera untuk mencari saki baki tentera paderi bagi mengatur serangan balas terhadap Belanda. Raja Asal meninggalkan Lukut kerana terdapat sedikit kekecuhan di sana, beliau pergi ke Kelang membuka Lombong Bijih Timah sekitar tahun 1843. Tuanku Tambusai mencari tempat tinggal yang terpencil di Negeri Sembilan dan menetap di sana. Raja laut berulang alik antara Sumatera dan Tanah Melayu sambil menyerang kapal-kapal dagang Belanda, Inggeris, Cina dan India yang melintasi Selat melaka. Maka itu beliau di sebut Raja Laut.
Sekitar tahun 1850, Raja Asal telah meinggalkan Kelang dan berjijrah ke Pahang bersama-sama pengikutnya. Di Pahang Raja Asal telah melibatkan diri di dalam perusahaan melombong bijih timah dan berjual beli bijih timah. Raja Asal telah dapat menembusi istana Bendahara Tun Ali dan bersahabat baik dengan keluarga pembesar di Pahang. Beliau bersahabat baik dengan Tun Mutahir anak Tun Ali. Tun Ali mangkat pada tahun 1857. Raja Asal telah berkahwin dengan Wan Putih atau dalam bahasa Mandailing di panggil Siputeh.
Perang saudara di Pahang belaku pada tahun 1857 – 1863, Raja Asal terlibat di dalam perang tersebut kerana berkahwin dengan keluarga Tun Mutahir yang menjadi Bendahara Pahang yang baru. Perang saudara tersebut di menangi oleh Wan Ahmad iaitu adik kepada Tun Mutahir. Sewaktu luka parah Tun Mutahir telah berundur bersama anak-anaknya Wa Da dan Wan Aman serta Raja Asal kesempadan Negeri Selangor. Wan Putih telah di jemput oleh hamba Raja Asal bernama ‘Sipuntung’, lalu di bawa ke Selangor.
Di Selangor Raja Asal kembali menjalankan usaha membeli dan menjual bijih timah. Dana Paderi yang diamanahkan kepadanya dilaburkan sekali lagi untuk membiayai saki-baki tentera Paderi yang menjadi pengikutnya. Oleh itu beliau sentiasa berhubung dengan Raja Laut yang diutuskan untuk mengumpulkan saki-baki tentera Paderi di Sumatera. Tuanku Tambusai yang sudah uzur tidak lagi memainkan peranan penting untuk memulihkan semula kekuatan Paderi di Sumatera.
Apabila Tuanku Raja Asal mengambil keputusan untuk menyokong Raja Mahadi di dalam Perang Kelang untuk menentang Raja Abdullah (dalam tahun 1866) maka beliau telah menghubungi Raja Laut untuk mendapat bantuan bekas tentera Paderi di dalam peperangan tersebut. Sewaktu Kelang jatuh dan kemudiannya Kuala Lumpur turut jatuh kerangan orang-orang Mandailing, Raja Asal telah memerintahkan hambanya Sipuntung untuk membunuh Dato’ Bandar Yassih yang berketurunan Bugis kerana banyak menindas dan menyeksa orang-oranag Mandailing.
Campurtangan Tengku Kudin sebagai wakil Sultan Abdul Samad yang memerintah Selangor mulai 26hb. June, 1868, telah mengubahkan suasana politik di Selangor. Tengku Kudin mendapat bantuan dan sokongan dari nggeris. Walaupun pada mulanya Raja Asal, Sutan Na Poso dan kapitan Yap Ah Loy bersahabat baik tetapi pada tahun 1871 mereka berselisih faham dengan Yap Ah Loy atas urusan perniagaan bijih timah.
Pada bulan Mei 1872, Raja Asal bersama Raja Laut telah membawa angkatan perang mereka untuk menyerang Kuala Lumpur. Mereka telah berkubu di Petaling Batu, iaitu di Jalan Cheras sekarang, bersama lebih kurang 2,000 orang bekas tentera Paderi dari Sumatera. Satu pertempuran telah berlaku diantara pasukan Raja Asal/Raja Laut dengan pasukan Kapitan Yap ah Loy yang di bantu oleh Kapten Van Hagen dan Kapten Cavalier yang akhirnya mengalami kekalahan teruk di mana seramai 730 tentera mereka telah terkurban. Kejayaan Raja Asal dan Raja Laut merebut Kuala Lumpur dari Kapitan Yap Ah Loy dan sekutunya telah mendesak Tengku Kudin meminta bantuan tentera dari Pahang dan Pulau Pinang.
Pada pertengahan tahun 1872 Pahang telah bersubahat dengan Tengku Kudin untuk mengalahkan Raja Asal yang di sokong oleh orang-orang Mandailing, Rawa (Rao), Batubara dan orang Minangkabau yang merupakan saki-baki tentera Paderi, Raja Asal tersebut bergelar Tuanku Raja Asal – bukanlah bererti beliau itu Raja yang memerintah tanah Mandailing, gelaran Tuanku itu adalah gelaran Panglima Tetera Paderi. Raja di Tanah Mandailing dipanggil Baginda, bukannya Tuanku.
Pada akhir 1872, tentera Pahang telah menyerang kubu Raja Asal di Ulu Kelang. Tentera Pahang yang di pimpin oleh Imam Perang Raja Rosu (Tok Gajah) telah ditewaskan oleh tentera Raja Asal yang di pimpin oleh Panglima dari Mandailing bernama Jabarumun, yang berkubu di Ulu Kelang. Isteri Raja Asal yang benama Wan Putih (Siputih), bersama orang-orang Telu gigih pula mempertahankan satu lagi kubu Raja Asal yang kini tempatnya dikenali sebagai Siputeh, sempena nama beliau yang dikagumi oleh orang-orang Mandailing.
Pada bulan Mac, 1873, sekali lagi Raja Rosu bersama tentera dari Pahang menyerang Ulu Kelang dengan kelengkapan yang lebih hebat, oleh kerana bantuan yang dinantikan dari Raja Laut tidak dapat mendarat di Kelang maka mereka telah mendarat di Teluk Mak Intan, maka kubu Raja Asal pun jatuhlan ketangan orang Pahang. Raja Laut bersama lebih kurang 1,000 orang Batak yang baru di Islamkan telah mendarat di satu kawasan yang kini di kenali sebagai Batak Rabit kerana telinga dan hidung mereka menggunakan subang yang besar hingga terjuntai lubang telinga dan hidung mereka.
Raja Laut telah melintasi sebatang sungai yang mengalir di tengah-tengah lalu di panggil mereka Aik Batang Padang ataupun di kenali sebagai Sungei Batang Padang, sedangkan batang dalam bahasa Mandailing itu adalah sungei. Didalam perjalanan mereka ke Ulu Selangor, mereka telah menerima berita kekalahan Raja Asal di Bukit Nenas lalu mereka bekemah di Ulu Bernam/Slim menanti Raja Asal yang sedang menuju ke Negeri Perak. Sebelum bertemu dengan Raja Asal di Slim/Ulu Bernam maka satu persetujuan telah diadakan supaya Jabarumun/Raja Barumun di hantar mendapatkan Sutan Na poso (Sutan Puasa) yang bekubu di Ulu Langat bagi mengatur satu serangan balas ke atas Tengku Kudin dan Raja Bosu. Berikutnya Sutan N Poso tidak begitu yakin keraja Raja Asal tidak menyertai pasukan perang yang hanya di pimpin oleh Jabarumun/Raja Barumun. Pasukan perang tersebut telah pulang tetapi di tengah jalan mereka sempat juga menyerang orang-orang Cina di Pudu dan juga Ulu Kelang. Kedai mereka di bakar dan pembunuhan pun berlaku di kedua-dua kawasan tersebut.
Raja Laut dan pengikutnya tidak mengikut Raja Asal ke Changkat Piatu, mereka telah berkampung di Air Kuning dan Banir di negeri Perak. Raja Laut meninggalkan anaknya yang sulung benama Basir Nasution atau pun lebih di kenali sebagai Syeh Basir guru agama di Air Kuning. Raja Laut telah kembali kepada cara hidup lamanya berulang alik di Selat Melaka sehinggalah beliau terkorban di dalam salah satu perempuran laut dengan angkatan perang Belanda di Labuahan Bilik. Anaknya Syeh Basir Nasution telah kembali ke Sumatera untuk mengumpulkan semula kaum keluarganya tetapi beliau tidak lagi kembali menetap di Air Kuning. Anaknya yang tua benama Ja Akob atau di kenali sebagai Jakub tinggal di Banir dan Air Kuning.
Raja Asal telah di terima mengadap Raja Idris iaitu putera Mahrum Teja yang berkuasa di kawasan Teja, lalu diberikan satu kawasan melombong yang luas di Changkat Piatu. Raja Asal juga telah diberikan kuasa mengutip cukai bijih timah di muara pertemuan Sungai Pinji dan Sungai Kinta. Sebuah Pengkalan mengutip cukai yang teguh telah di bina oleh Raja Asal.
Oleh kerana ia sebuah pengkalan yang teguh akhirnya mengikut “telor” orang Perak lalu disebut Pengkalan Pegoh. Raja Asal juga telah membina sebuah perkampungan orang-orang Mandailing di Changkat Piatu, lalu berkumpullah sebahagian besar orang Mandailing di Changkat Piatu. Orang-orang Rawa pula di tempatkan di Gopeng di bawah pimpinan Panglima Jabarumun atau lebih di kenali sebagai Imam Perang Jabarumun.
Isteri Raja Asal yang mengikutinya setelah tinggal di Bukit Nenas di tawan oleh tentera Pahang telah berjalan kaki mencari suaminya hingga sampai kesuatu tempat berhampiran Pusing, di sana beliau bersama pengikutnya telah berkampung sementara menanti utusan Raja Asal menjemput mereka . Kampung tersebut sehingga hari ini di kenali sebagai Siputeh. Itulah sebabnya terdapat dua tempat yang dinamakan Siputeh, masing-masing di Selangor dan di Perak.
Adalah diberitakan bahawa dalam tahun 1874, apabila perjanjian Pangkor termeteri maka banyaklah pembesa-pembesar Negeri Perak yang tidak puashati. Memandangkan Raja Asal ini seorang yang gagah berani dan banyak pengalamannya di dalam peperangan maka datanglah beberapa orang di antara mereka meminta campurtangan beliau (Raja Asal) untuk mengusir Inggeris dari negeri Perak.
Raja Asal menolak permintaan mereka untuk campurtangan dalam pergolakan di Perak kerana beliau telah uzur dan letih untuk berperang sepanjang usia remaja dan dewasanya. Paktan untuk membunuh J.W.W Birch tidaklah disertainya tetapi Raja Asal telah meminjamkan hambanya Sipuntung yang sangat dipercayai sebagai tanda penyertaannya untuk membersihkan bumi ini dari campurtangan orang-orang kafir yang ditentangnya sejak beliau memeluk agama Islam.
Raja Asal tidak pernah menjadi Penghulu di Mukim Belanja, Penghulu Belanja yang pertama adalah Raja Bilah, iaitu anak saudara kepada Raja Asal. Sewaktu J.W.W Birch di bunuh pada tahun 1875 Mukim Belanja belum lagi diujudkan. Sila lihat perlantikan Raja Bilah sebagai penghulu Belanja yang pertama. Semasa J.W.W . Birch di bunuh Raja Asal sudah mula gering dan tidak mampu lagi mengendalikan urusan melombong ataupun mengutip cukai bagi pihak Raja Idris (Sultan Perak). Akibatnya beliau terhutang $3,000.00 kepada pihak yang berkuasa.
Sepanjang keadaannya gering itu Raja Bilahlah yang menguruskan semua urusan Raja Asal. Akhirnya Raja Bilah telah meminta Raja Asal menyerahkan kuasa sepenuhnya kepadanya supaya dapat beliau membayar semua hutang tersebut. Setelah enam bulan kuasa diserahkan kepada Raja Bilah barulah segala hutang piutang tersebut dapat diselesaikan.

Raja Asal dalam usia yang agak lanjut dan kesan dari kekalahan serta kegagalannya tidak lagi merupakan seorang yang aktif di dalam urusan maka itu semua urusan dikendalikan oleh Raja Bilah. Tuanku Raja Asal telah meninggal dunia pada 1878 dan di semadikan di Changkat Piatu di antara pertemuan Sungai Pinji dengan Sungei Kinta. Sehingga hari ini makam beliau masih tertegak megah di atas tanah perkuburn Changkat Piatu.

Kamis, 23 Oktober 2014

Khasiat yang terkandung dalam minuman SEKOTENG NYIAKKAYO.


Manfaat Jahe sebagai bahan utama Bagi Kesehatan Tubuh
  • Mengunyah sepotong kecil jahe bisa membantu meningkatkan nafsu makan Anda.
  • Sistem pencernaan Anda membutuhkan banyak cairan agar dapat bekerja dengan baik. Sementara mengonsumsi jahe dapat meningkatkan cairan tersebut.
  • Mengonsumsi jahe membantu menyerap nutrisi penting dalam tubuh sehingga tubuh Anda selalu sehat dan bugar.
  • Sering merasa mual dan kram di perut? Kunyahlah beberapa jahe segar.
  • Jika Anda sering merasa sakit di persendian, mengoleskan minyak jahe dapat menghangatkan area yang sakit.
  • Minum teh jahe sangat bagus untuk melegakan tenggorokan dan hidung tersumbat.
  • Jahe juga memiliki sifat afrosidiak sehingga dapat meningkatkan kehidupan seksual Anda.
Daripada mengonsumsi obat-obatan kimia untuk menjaga kesehatan tubuh, cobalah untuk mengonsumsi tanaman herbal seperti jahe dan dapatkan manfaat kesehatan di atas!

Manfaat Bumbu Pertama Bagi Kesehatan Tubuh
1. Vitiligo
Bumbu pertama telah digunakan di Ayurvedic selama bertahun-tahun untuk mengobati kondisi vitiligo. Penyakit ini adalah penyakit kehilangan melanin sehingga pigmen kulit memudar dan muncul bercak putih dalam bentuk yang tidak teratur yang semakin lama ukurannya dapat membesar. Bumbu pertama digunakan dalam minyak Ayurvedic dan salep sebagai aplikator eksternal untuk mendorong peningkatan produksi melanin. Hal ini juga digunakan dalam Allopathy yaitu pasta yang mengandung lada hitam untuk melindungi dari sinar matahari.

2. Lambung  
Bumbu pertama ini mengandung piperin yang dapat meningkatkan sekresi asam klorida dalam lambung sehingga membuat proses pencernaan menjadi lancar. Bumbu pertama ini juga dapat membantu mengurangi kadar gas dalam lambung penyebab perut kembung. Selain itu juga dapat menghilangkan racun dalam tubuh lewat keringat yang keluar.

3. Disebabkan Bakteri

Kandungan vitamin C pada Bumbu pertama dapat mengobati batuk, pilek dan sinusitis. Selain itu juga bersifat anti bakteri yang membantu mengobati sembelit dan diare. Ketika Bumbu pertama  dengan campuran air dan minyak maka dapat digunakan untuk mengobati gigitan serangga. Bumbu pertama  yang digigit langsung dapat membantu mengurangi rasa sakit pada gigi.

3. Penangkal Radikal Bebas

Antioksidan yang ada pada Bumbu pertama  dapat menangkal radikal bebas dan meminimalkan kerusakan pada kulit. Bumbu pertama  juga dapat membantu pengobatan kanker terutama kanker kulit.

4. Pemecah Lemak
Bumbu pertama dapat membantu memecah sel-sel lemak lebih cepat dan membantu menurunkan berat badan. Selain itu juga dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga proses penurunan berat badan bisa dilakukan dengan mudah. Bumbu pertama  dapat menyebabkan seseorang berkeringat dan buang air kecil, hal tersebut untuk membantu menghilangkan racun dan juga membantu membersihkan arteri untuk membersihkan darah dari racun.

5. Mengurangi Depresi

Piperin dalam Bumbu pertama dapat bertindak langsung menuju sistem saraf pusat, sehingga bersifat sebagai ainti depresan. 

Manfaat Bumbu Kedua Bagi Kesehatan Tubuh
Untuk menyembuhkan sakit perut, batuk, dan sebagai penguat tubuh setelah melahirkan.
Bumbu kedua dapat mengatasi kembung, kejang perut, sakit perut, masuk angin, bau mulut (air rebusan bahan-bahan, diminum), muntah-muntah, radang lambung (maag), batuk, influenza, demam, rematik, asam urat, dan pegal linu, dan hernia serta mencegah keropos tulang .


Manfaat Bumbu Ketiga Bagi Kesehatan Tubuh
 
1. Mengobati sakit gigi
Untuk mengobati sakit gigi, bagian yang digunakan adalah Bumbu ketiga. Adapun cara untuk membuat ramuan obat sakit gigi yaitu 5 sampai 10 butir bunga Bumbu ketiga disangrai lalu ditumbuk hingga halus. Selanjutnya menjadi bubuk , Anda bisa taburkan pada bagian gigi yang terasa sakit.

2. Mengobati batuk
Selain bisa menghilangkan bau mulut, mengunyah Bumbu ketiga juga bisa menyembuhkan batuk. Mungkin rasanya sedikit getir dan ada pahitnya, namun kandungan kimia yang ada dalam Bumbu ketiga merupakan ekspektoran alami yang bisa mengencerkan dahak.

3. Menghilangkan rasa mual
Untuk mengobati mual, Anda bisa mengonsumsi segelas air rebusan Bumbu ketiga. Jika tidak menyukai rasanya, Anda juga bisa menambahkan madu

4. Mencegah Inflamasi (Radang)
Minyak Bumbu ketiga mengandung flavanoid. Hal ini tentulah sangat baik karena memiliki sifat anti inflamasi dan juga bisa bermanfaat untuk pasien rematik. Selain itu, Bumbu ketiga juga bisa digunakan sebagai ekspektoran untuk mengobati berbagai kondisi minor saluran pernapasan.

5. Antibakteri dan jamur 
Bumbu ketiga bisa menjadi cara yang alami untuk melawan bakteri yang membahayakan perut, dan juga untuk melawan kuman pada mulut. Tidak hanya itu, kandungan eugenol yang ada pada Bumbu ketiga telah terbukti memiliki kandungan anti jamur, serta efektif untuk melawan penyakit kulit yang disebabkan oleh cacing cincin.

6. Baik untuk kesehatan jantung
Kandungan eugenol pada Bumbu ketiga juga berfungsi untuk mencegah pembekuan pada darah serta mencegah stroke.

7. Meningkatkan sistem imun
 Bumbu ketiga juga dipercaya bisa membantu meningkatkan sistem imun dan juga melawan seluruh penyakit mulai dari yang ringan sampai penyakit yang mematikan..

Manfaat Bumbu Keempat Bagi Kesehatan Tubuh
Bumbu Keempa mengandung serat, protein, dan karbohidrat yang bermanfaat bagi tubuh. Bumbu Keempa juga bermanfaat dalam mencegah dan melawan berbagai penyakit.

1. Mencegah dan melawan penyakit diabetes
Salah satu Bumbu Keempa yang paling banyak dikenal adalah kemampuannya dalam melawan penyakit diabetes. Dalam satu studi yang dipublikasikan dalam Journal of Diabetic Medicine, peneliti membagi orang dewasa yang mengalami diabetes tipe 2 menjadi dua kelompok. Mereka yang mengonsumsi Bumbu Keempa sehari-hari diketahui mengalami penurunan kadar gula dalam darah dan lemak tubuh secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi Bumbu Keempa secara rutin. Penelitian lain di tahun 2003 melibatkan 60 orang di Pakistan menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 1 gram Bumbu Keempa setiap hari selama 40 hari secara signifikan mengalami penurunan kadar gula darah.

2. Menjaga kesehatan jantung
Bumbu Keempa diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol. Komponen yang ada dalam Bumbu Keempa dapat mengurangi jumlah kolesterol buruk dan trigliserida dalam tubuh, serta dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular dan tubuh secara keseluruhan. Bumbu Keempa  dan rempah-rempah lainnya bahkan telah diketahui dapat melawan penyakit jantung.

3. Sebagai anti-kanker
Bumbu Keempa dapat berperan sebagai anti-inflamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai anti-kanker. Sejumlah penelitian telah menunjukkan tentang efek Bumbu Keempa sebagai anti-kanker, salah satunya adalah penelitian dari Gwangju Institute of Science and Technology yang menemukan bahwa Bumbu Keempa dapat menyebabkan kematian sel kanker.

4. Mengurangi rasa nyeri akibat penyakit artritis
Bumbu Keempat juga memberikan manfaat pada orang yang menderita artritis. Penelitian telah menunjukkan bahwa sitokin, yang memicu rasa sakit di bagian tubuh akibat artritis dapat dikurangi. Sehingga rasa sakit yang tak tertahankan dapat diatasi dan lebih mudah dikontrol.

5. Mengatasi nyeri haid
Pada wanita, asupan rutin Bumbu Keempat juga dapat diandalkan untuk mengatasi nyeri haid. Bahkan senyawa cinnamaldehyde pada Bumbu Keempat dapat mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan ketidaksuburan atau infertilitas.

6. Menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur
Bumbu Keempat telah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan bakteri dan jamur, serta melumpuhkan bakteri E.coli O157:H7, salah satu spesies bakteri yang paling ganas saat ini, tentunya Bumbu Keempat memiliki efek antimikroba pada bakteri lainnya yang berhubungan dengan makanan seperti Salmonella dan Campylobackter,”, ujar Profesor Daniel Fung, seorang ahli dalam ilmu makanan di Kansas State University.

7. Menyehatkan sistem pencernaan
Bumbu Keempat mengandung serat yang tinggi, sehingga bagus untuk kesehatan pencernaan. Serat dapat membantu mencegah sembelit dan memperlancar buang air besar.
 mengandung serat, protein, dan karbohidrat yang bermanfaat bagi tubuh. Bumbu Keempat juga bermanfaat dalam mencegah dan melawan berbagai penyakit.


Manfaat Bumbu Kelima Bagi Kesehatan Tubuh
Manfaat Si Cantik Pekak Atau Bunga Lawang. PEKAK atau kembang lawang atau star anise memang masih kalah popular dengan bumbu lainnya pada masakan di Indonesia. Padahal pekak terbilang popular di China, Thailand, dan Vietnam. Lawang dikenal dengan nama Illicium Verum merupakan kembang berwarana cokelat gelap yg terdiri atas delapan sisi dengan rasa manis. Selain sebagai bumbu, kembang lawang juga memiliki kegunaan bagi kesehtan, berikut beberapa di antaranya: a. Dalam pengobatan tradisional China, kembang lawang biasa diresepkan sebagai obat buat mengatasi masalah pencernaan, meningkatkan kesehatan organ reproduksi perempuan serta membantu ibu menyusui buat meningkatkan suplai ASI. b. Sifat antibakteri dan antijamur yg dimiliki kembang lawang berguna dlm pengobatan asma, bronchitis, dan batuk kering. Untuk itu, tak mengherankan banyak produk obat batuk yg menggunakan tanaman ini sebagai salah satu bahannya. c. Aroma kembang lawang yg menenangkan dapat membuat tidur lebih baik dan nyenyak. d. Minyak kembang lawang berguna mengatasi rematik dan nyeri punggung bagian bawah.e. Tanaman ini juga isa digunakan sebagai penyegar napas alami. f. Shikimic asam, salah satu senyawa dlm kembang lawang digunakan sebagai obat buat menyembuhkan influenza atau virus flu. g. Sementara itu, linalool, senyawa lainnya pada kembang lawang mengandung sifat antioksidan sehingga sangat baik buat kesehatan tubuh secara keseluruhan.


Manfaat Bumbu Keenam Bagi Kesehatan Tubuh
Adas juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit antara lain sebagia berikut:
  • Sakit perut, Kembung, Mual, Muntah, dan diare.
  • Sakit Kuning dan sakit yang beranjak menjadi penyaki lever atau hati.
  • Menambah nafsu makan dan meningkatkan pengihatan.
  • Mengatasi batuk berdahak dan sesak nafas (asma).
  • Melacarkan Asih.
  • Meluruhkan protein berlebih didalam saluran seni.Susah tidur atau insomnia.
  • Pembengkakan saluran seperma, penimbunan cairan di kantung buah zakar, dan hernia
  • Mengurangi rasa sakit akibat kencing batu.
  • Menghilangkan rematik, batuk, rasa haus yang berlebih.
  • Menghilangkan kercunan tumbuhan atau jamur.

Manfaat Bumbu Ketujuh Bagi Kesehatan Tubuh
Manfaat dan Khasiat Pulosari:
o   Mengobati penyakit sariawan, batuk, dan rasa mulas pada perut yang sakit.
o   Merangsang nafsu makan terutama bagi balita dan menghilangkan demam anak-anak.
o   Mengurangi penyakit keputihan dan melancarkan haid.

Itulah yang terkandung dalam minuman SEKOTENG nyiakkayo



Jangan abaikan KESEHATAN TUBUH ANDA .... MENCEGAK LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI